Realistic Mathematics Education

by Dr. Maria Ulpah

RME merupakan metode yang dapat memberikan pengertian mengenai proses pendidikan matematika sebagai proses menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan.   Freudenthal  berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi) namun pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dari berbagai situasi (konteks), yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang lebih formal. Dalam mengkonstruksi konsep matematika siswa bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994)

Terdapat lima prinsip uatama dalam ’kurikulum’ matematika realistik

(1) Penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika;

(2) Penggunaan model, situasi, skema dan simbol-simbol ;

(3) Mengaitkan sesama topik atau antar pokok bahasan dalam matematika ‘interwinning’;

(4) Penggunaan metode interaktif dalam belajar, yaitu sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika;

(5) Menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa, sumbangan dari para siswa sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri (yang mungkin berupa algoritma, rule/aturan) sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal.

Kelima prinsip belajar (dan mengajar) menurut filosofi ’realistic’ di atas inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Menurut Treffers dan Goffree (1985, dalam De Lange 1996) bahwa masalah kontekstual dalam kurikulum realistik, berguna untuk mengisi sejumlah fungsi:

  1. Pembentukan konsep: dalam fase pertama pembelajaran, para siswa diperkenanakan untuk masuk ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi.
  2. Pembentukan model: masalah-masalah kontekstual memasuki fondasi siswa untuk belajar operasi, prosedur, notasi, aturan, dan mereka mengerjakan ini dalam kaitannya dengan model-model lain yang kegunaannya sebagai pendorong penting dalam berpikir.
  3. Penerapan: masalah kontekstual menggunakan ’reality’ sebagai sumber dan domain untuk terapan.
  4. Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam suatu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *